Holiday in Singapore!

IMG_560428 Juni 2017 adalah hari ketiga saya dan keluarga menghabiskan waktu liburan musim panas kami di Singapore. Disini khususnya saya dan adik saya mempunyai pengalaman yang tak terlupakan mengenai sejarah Singapore dialami oleh orang lokal nya sendiri. Saya dan adik saya lelah dan bosan sebenarnya berkeliling Singapore, bagi kami tak ada bedanya kawasan ini dengan Jakarta. Selama dua hari yang lalu tidak ada pengalaman yang begitu membuat kami takjub tentang Singapore kecuali bandaranya yang lebih modern daripada Soekarno-Hatta selebihnya sangat membosankan. Kami berdiskusi mengenai bagaimana cara menikmati Singapore, setelah berkeliling Lucky Plaza salah satu ikon yang terdapat di Tourist Map Singapore.

Saat keluar Lucky Plaza kami berpisah dengan orang tua kami yang ingin mengambil uang di Bank BNI di Lucky Plaza, kami berjanji untuk menunggu di tempat yang sama. Saya melihat ada seorang kakek chinese, dan seorang pria paruh baya mungkin orang melayu lokal. Saya dan adik saya duduk di kursi batu tersebut yang diapit oleh dua stand ice cream dan snack. Sambil menunggu orang tua kami kembali, kami berdiskusi dan bercanda menggunakan Bahasa Indonesia, rupaya kakek chinese itu mengerti dan pria paruh baya di sebelahnya pun mengerti. Pertama kali kakek itu bertanya kepada kami:

“Kamu orang Indonesia ya? ngapain kesini? pasti buang-buang duit..” kakek itu menyapa ramah sambil tersenyum, mungkin bagi sebagian orang ini agak kasar tapi kami masih beradaptasi, apakah ini ungkapan kasar atau sapaan.

“Ya, kami kesini untuk buang-buang duit” jawab saya sambil menyernyitkan dahi bingung untuk bereaksi seperti apa.

Saye bisa bahasa melayu, bahasa melayu dan bahasa indonesia sama.. sedikit beda.. tapi saya mengerti” lanjut kakek itu lagi. Rupanya kakek ini mengajak kita untuk berdiskusi sembari menunggu orang tua kami kembali.

“Nah.. kamu dari Indonesia kan? Saya dari Jakarta” kata pria paruh baya itu

“Oh.. dari Jakarta, saya pikir bapak orang melayu (entah dari mana)”

“Haha.. ya saya memang orang Jakarta tapi sudah lama tinggal di sini” dengan lancarnya menggunakan bahasa Indonesia, mungkin hanya orang Indonesia lah yang paling mengerti bagaimana cara membedakan orang asli Indonesia dengan orang luar yang sudah lama tinggal di Indonesia.

“Hidup di Singapore susah, saye udah lama tinggal disini dari jaman Singapore ini belum merdeka”

“Wah keren kakek.. jadi saksi sejarah Singapore. The History of Singapore” bagi adik saya ini pembicaraan yang menarik, dia mulai jongkok ke depan saya untuk bisa menatap pada saat kakek ini nantinya akan bercerita

“Ya.. dulu saye dari China, orang disana sudah padat, sudah penuh.. 15.000 orang dikirim ke Singapore buat pindah (tahun sebelum 1945) disini masih kosong.. gelombang pertama saye.. belum ada apa-apa.. dikirim lagi banyak orang dari china sampai 1,5 juta jiwa”

“Wow.. so many..” saya ingat percakapan saya dengan supir taksi yang mengantarkan kami dari bandara bahwa populasi orang Sigapore hanya 5-6 juta jiwa.. dan 3 juta diantaranya adalah orang china.

“Emangnya kakek di China di daerah mana?” tanya adik saya

Saye dari daerah … (maaf karena saya lupa nama tempatnya harap maklum, yang saya dapat tangkap dia berasal dari RRC) kerja pabrik, saye buruh disuruh pindah. Disini dapat kerjaan, saye belajar melayu.. tapi saye masih belum bisa bahasa Inggris saye belajar lah bahasa Inggris tu.. (lalu dia ngomong bahasa inggris tetapi tidak begitu fasih karena kental logat china nya.. (sebenarnya kami kesulitan mengerti karena kakek ini berbicara tiga bahasa dan ini adalah hasil yang saya tangkap) tetapi dari dulu banyak orang Indonesia kesini untuk buang-buang duit jadi saye mengerti (bahasa Indonesia)”

“Oh.. begitu..”

Saye disini heran dengan orang Indonesia, saya kerja sebagai Gardener disini kerja potong-potong rumput sama bunga saje dengan gaji $4000 Singapore tetapi uang saye pas-pasan untuk hidup. Di Singapore tak boleh sakit, tak…”

“Tak boleh sakit? apa sebab?” tanya saya

“Ya disini hospital mahal, dokter mahal. Saye kalau cabut gigi $8000 Singapore mau dikemanakan gaji saye? cem mana saye? yang ada rugi saye…” sambil tertawa

“Hahaha.. betul.. saya kalau sudah sakit-sakit pulang ke Jakarta, cabut gigi ke Jakarta cuman 1,2juta saja.. disini cabut gigi seharga motor.. bahkan kata istri saya lebih baik berobat ke belanda/jerman/eropa.. 34juta sudah semua.. sembuh kamu sakit diabetes, operasi (apapun) sana-sini lebih baik eropa.. disini mahal doang” kata bapak itu mengaku.. kalau dari pandangan kami, bapak ini adalah orang “berada” di Jakarta tetapi memilih tinggal di Singapore karena kehidupan disana jauh “lebih sunyi” dibanding dengan kemacetan dan kebisingan di Jakarta.

Saye heran.. Indonesia orang suka sekali buang-buang duit di sini.. saye makan pagi $10, makan siang $10, makan malam $10 dikali sebulan habis uang saye belum lagi biaya apartement mahal.. mobil disini mahal.. uang saye habis untuk makan dan bayar apartement saja.. orang macam saya tak boleh sakit.. saye tak dapat apa-apa disini sulit kaya. Orang macam saye harus sihat.. hahaha” saya menafsirkan bahwa kakek ini bingung, Indonesia negara berkembang tetapi banyak sekali orang-orang kaya Indonesia yang menghamburkan uang nya disini, sedangkan dia sebagai masyarakat lokal jarang sekali menghambur-hamburkan uang disini karena dia hidup serba cukup padahal dia hidup di negara yang lebih maju daripada Indonesia.

Saye waktu muda dulu, ikutan wajib militer oleh Singapore, kerjasama dengan Indonesia.. Indonesia hebat…  tapi kami wajib militer.. orang-orang pada saat wamil kabur mereka ke Malaysia ke Indonesia..” dia bercerita mengenai lemahnya mental anak muda di Singapore dalam membela bangsa nya sendiri dan memilih untuk kabur ke luar negeri.

“Kakek ikut wajib militer? tanya adik saya

Saye ikut wajib militer..”

“Anak-anak saye kabur ke Europe.. ada empat orang kuliah disana.. sudah sarjana semua”

“Oh.. yayaya bagus lah, saye senang” jawab ku

Saye senang bisa cakap melayu kerene (kerena) orang Singapore kalau saye cakap melayu mereka balas bahasa Inggris.. matilah sudah bahasa melayu disini.. saye kesepian tak ada teman cakap melayu.. kalo saye tanya jalan atau mau kemana mereka jawab bahasa Inggris kesal saye. Sebenarnye saye marah, orang Singapore Sombong sangat.. anak mudanya tak lagi menghargai budaya nya (Melayu) dan meninggalkan budaya nya (using English). Tapi saye senang orang Indonesia datang kesini, saye cakap bahasa melayu-pun mengerti.. jadi saye suka orang Indonesia saye belajar bahasa Indonesia..” disini sang kakek bercerita kepada kami mengenai sakit hatinya sang kakek kepada rakyat Singapore yang mengkhianati negaranya sendiri.. dan berbicara mengenai betapa hormatnya orang Singapore terhadap orang Indonesia dimata dia.

Ya you know, Indonesia have many of local languanges like Melayu, Sundanese, Javanese. As Indonesian people Melayu is a local languanges that have been used in Sumatera Island and Kalimantan Island.. So that’s was a local languange” saya berusaha untuk menjelaskan dalam bahasa Inggris karena saya tak begitu fasih logat melayu.

Local languanges? but Indonesian people also good at English” kata kakek tersebut

Yes.. we are smart with languanges, also like English and Melayu. Indonesia Languange is a universal languange in our country because many of ethnics and local languanges in Indonesia

Oh.. I see..” kata kakek tersebut

Like jika kakek ngomong melayu ke saye, dan semue orang Indonesia akan tahu ape yang kakek cakap kepade sayekerene bahasa Indonesia berasal dari bahasa melayu dan bahasa lokal lainya di negara kami.. jadi itu yg membuat bahasa Indonesia bahasa yang universal. Indonesia is a universal languange in our country and melayu is a local languange” disini saya berfikir dengan adik saya bahwa kakek ini terkejut mengetahui bahwa orang Indonesia bahasa utamanya bukanlah bahasa Melayu melainkan bahasa Indonesia, sedangkan Singapore bahasa utamanya melayu tetapi sudah banyak orang singapore yang melupakan bahasa tersebut.

“Oh.. kalau kalian dari Jakarta, kalian dari mana nya?” tanya bapak paruh baya tersebut

“Saya dari Bogor pak, pribumi sunda tapi campur batak.. ibu saya sunda bapak saya batak jadi saya batak-sunda kalau bapak sendiri dari mana?” tanya adik saya

“Saya orang Jakarta nya, Betawi-jawa saya… bapak saya betawi ibu saya jawa”

“Oh.. jadi lu olang tinggal what island?”

Java Island kek.. pulau jawa. Indonesia is an islands country but have six major islands.. like Sumatera Island that have Melayu as a local language and other local languanges. Java have many local languange, Kalimantan use Melayu, Sulawesi, Bali, and Papua have also thousand languange. Every each of island have thousand languange, ethnic and culture. Indonesia was so diverse..” disini sang kakek terdiam mendengar penjelasan dari saya entah bingung saya ngomong apa atau terpesona.

lalu orang tua kami kembali dari Bank BNI di Lucky Plaza dan kami pamit dengan cara “salim” (cara anak muda salam kepada orang tua khas Indonesia, dengan cara tangan kanan orang tua ditempel ke dahi anak tersebut sebagai tanda hormat) kepada kedua orang tersebut yang sudah menemani waktu senggang kami dengan penuh makna..

Banyak orang Indonesia begitu bangga jika sudah menginjakan kakinya ke Singapore, tetapi kami bangga dapat mendapatkan pelajaran berharga dari pribumi Singapore nya sendiri..

Jadi.. itu adalah cerita menakjubkan dan berkesan selama di Singapore. Memang ini yang kami cari selama ini, pengakuan orang lokal mengenai Singapore sendiri dimata kakek tersebut begitu mengubah cara pandang kami terhadap negara ini…

Keesokan harinya adalah hari terakhir kami di Singapore kami ke Universal Studio, yang paling berkesan naik Roller Coasternya selebihnya Nothing Special. Bored. Haha.

Jangan mengeluh tentang apa yang negara telah perbuat padamu, tetapi tanya lah kepada diri sendiri “APA YANG TELAH KAU PERBUAT UNTUK NEGRI MU SENDIRI?”

Jika kau anak muda, yang tidak bangga dengan Indonesia dan Ingin mengubah nya menjadi Negara ini menjadi Negara yang di Hormati.